Kebijakan Kontraktif Adalah Langkah Ekonomi Penting: 5 Tujuan, Contoh, dan Dampaknya

kebijakan kontraktif adalah

Apa Itu Kebijakan Kontraktif?

Kebijakan kontraktif adalah kebijakan ekonomi yang bertujuan mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat untuk mengendalikan inflasi. Kebijakan ini sering diambil oleh bank sentral atau pemerintah saat ekonomi dianggap terlalu panas (overheating), yang ditandai dengan lonjakan harga barang dan jasa (inflasi tinggi) serta pertumbuhan ekonomi yang terlalu cepat.

Menurut Para Ahli

  • N. Gregory Mankiw, pakar ekonomi dari Harvard, menyebut kebijakan kontraktif sebagai instrumen penting untuk “mendinginkan” ekonomi saat permintaan agregat terlalu tinggi.
  • Ben Bernanke, mantan Ketua The Fed, menyatakan bahwa kebijakan kontraktif seperti kenaikan suku bunga adalah “obat pahit yang harus ditelan untuk mencegah kerusakan jangka panjang akibat inflasi tinggi.”

Tujuan Kebijakan Kontraktif

  1. Mengendalikan Inflasi
    • Tujuan paling utama adalah menjaga harga agar tetap stabil.
  2. Menyeimbangkan Permintaan dan Penawaran
    • Saat permintaan terlalu tinggi, harga naik. Kebijakan ini membantu menurunkan permintaan agar tidak melebihi penawaran.
  3. Menjaga Nilai Tukar Mata Uang
    • Dengan menurunkan jumlah uang yang beredar, nilai tukar cenderung lebih stabil terhadap mata uang asing.
  4. Menjaga Stabilitas Ekonomi Jangka Panjang
    • Ekonomi yang terlalu cepat tumbuh bisa berujung krisis. Kebijakan kontraktif memberi jeda untuk menghindari gelembung ekonomi.

Jenis-Jenis Kebijakan Kontraktif

1. Kebijakan Moneter Kontraktif

Dilakukan oleh bank sentral dengan cara:

  • Menaikkan suku bunga acuan → Kredit menjadi mahal, orang jadi lebih sedikit meminjam uang.
  • Menjual Surat Berharga Negara (SBN) → Masyarakat membeli obligasi, uangnya “ditarik” dari pasar.
  • Menaikkan GWM (Giro Wajib Minimum) → Bank harus menyimpan lebih banyak uang di bank sentral, mengurangi uang yang bisa dipinjamkan.

2. Kebijakan Fiskal Kontraktif

Dilakukan oleh pemerintah, biasanya dengan:

  • Mengurangi belanja negara
  • Menaikkan pajak
    Tujuannya sama: mengurangi permintaan agregat.

Baca juga: 0,001 Gram Emas Berapa Rupiah? Ini Jawabannya

Contoh Kasus Nyata

Amerika Serikat – Era Volcker (1980-an)

Ketika inflasi melonjak hingga dua digit, Paul Volcker, Ketua The Fed saat itu, menaikkan suku bunga hingga 20%. Langkah ini memicu resesi singkat, namun sukses menurunkan inflasi secara drastis.

Indonesia – Krisis Moneter 1998

Untuk mengendalikan inflasi dan menjaga kestabilan rupiah, Bank Indonesia sempat menaikkan suku bunga dan melakukan intervensi moneter.

Dampak Kebijakan Kontraktif

Dampak PositifDampak Negatif
Inflasi terkendaliPertumbuhan ekonomi melambat
Nilai tukar stabilPengangguran bisa naik
Menurunkan risiko gelembung ekonomiKredit dan investasi menurun

Penting untuk dicatat bahwa efektivitas kebijakan ini tergantung pada timing dan kondisi ekonomi saat itu.

Pertanyaan yang Sering Muncul

Apa bedanya kebijakan kontraktif dan ekspansif?

  • Kontraktif: mengurangi uang beredar → mengerem ekonomi.
  • Ekspansif: menambah uang beredar → memacu ekonomi.

Kapan kebijakan kontraktif digunakan?

Saat inflasi tinggi, daya beli turun, atau pasar terlalu panas.

Apa risiko utama dari kebijakan kontraktif?

Resesi, meningkatnya pengangguran, dan penurunan investasi jika dilakukan secara ekstrem atau tiba-tiba.

Baca juga: Daerah Penghasil Kayu Akasia: Tulang Punggung Industri Kehutanan Indonesia

Kesimpulan

Kebijakan kontraktif adalah strategi penting untuk menjaga kesehatan ekonomi dengan cara mengendalikan inflasi dan mencegah ekonomi yang terlalu panas. Meskipun punya dampak negatif jangka pendek seperti melambatnya pertumbuhan atau naiknya pengangguran, jika dilakukan dengan tepat, kebijakan ini mampu menciptakan stabilitas ekonomi jangka panjang.

Referensi

  • Mankiw, N. Gregory. Principles of Economics. Cengage Learning.
  • Bernanke, Ben S., & Frank, Robert H. Principles of Economics. McGraw-Hill.
  • Mishkin, Frederic S. The Economics of Money, Banking and Financial Markets. Pearson.
  • International Monetary Fund (IMF). World Economic Outlook.
Scroll to Top